
Jajanan Modern Khas Makassar: Coto Pancake & Pisang Epe Keju
Makassar, kota terbesar di Sulawesi Selatan, dikenal dengan kekayaan budaya dan kuliner yang luar biasa. Dari coto Makassar yang legendaris hingga berbagai jajanan pasar yang menggugah selera, kota ini menawarkan aneka hidangan yang sulit untuk dilupakan. Namun, tidak hanya kuliner tradisional yang menjadi daya tarik. Dengan berkembangnya tren kuliner modern, Makassar juga mulai menghadirkan inovasi baru dalam jajanan khas yang kini jadi favorit banyak orang. Salah satunya adalah Coto Pancake dan Pisang Epe Keju, dua jajanan modern yang memadukan cita rasa Makassar dengan sentuhan kekinian.
Kedua jajanan ini menjadi bukti bahwa kuliner tradisional dapat berkembang dan beradaptasi dengan zaman tanpa menghilangkan esensi rasa aslinya. Jika kamu berkunjung ke Makassar, atau sedang mencari jajanan baru yang menarik, kedua hidangan ini patut untuk dicoba!
1. Coto Pancake: Perpaduan Kuliner Tradisional dengan Sentuhan Modern
Coto Makassar adalah hidangan ikonik yang terbuat dari daging sapi yang dimasak dalam kaldu rempah khas. Hidangan ini dikenal dengan kuahnya yang kaya rasa, berwarna kecokelatan, dan disajikan dengan lontong atau nasi. Namun, apa yang terjadi raja zeus ketika coto Makassar dipadukan dengan konsep pancake yang lembut dan empuk?
Inilah yang dihadirkan oleh Coto Pancake, inovasi yang menyajikan cita rasa coto dalam bentuk modern yang lebih praktis dan menarik. Pancake ini terbuat dari adonan tipis yang diolah dengan cara digoreng hingga sedikit renyah di bagian luar, namun tetap lembut di dalam. Pancake ini kemudian diberi topping kuah coto yang kaya rempah, lengkap dengan daging sapi yang sudah dimasak hingga empuk.
Cara penyajiannya:
-
Pancake yang sudah matang dihidangkan dengan kuah coto yang gurih dan sedikit pedas.
-
Daging sapi yang telah dimasak empuk disuwir-suwir dan ditaburkan di atas pancake.
-
Tidak lupa, tambahan bawang goreng, seledri, dan jeruk nipis untuk memberikan rasa segar.
Kelebihan Coto Pancake:
-
Perpaduan rasa gurih dan pedas dari kuah coto dengan tekstur lembut dan sedikit renyah dari pancake menciptakan sensasi rasa baru yang memikat.
-
Sajian ini sangat cocok untuk dinikmati sebagai camilan berat, karena memadukan karbohidrat, protein, dan rempah dalam satu hidangan.
-
Konsep coto dalam bentuk pancake memberikan pengalaman makan yang berbeda dari coto tradisional yang biasanya disajikan dengan nasi atau lontong.
Coto Pancake tidak hanya menarik karena rasanya yang unik, tetapi juga karena kemudahan penyajiannya. Kamu bisa menikmatinya dengan praktis, bahkan sambil berjalan-jalan di sekitar kota atau dalam suasana santai bersama teman-teman.
2. Pisang Epe Keju: Inovasi Camilan Pisang yang Menggugah Selera
Pisang Epe adalah salah satu jajanan tradisional khas Makassar yang terkenal. Biasanya, pisang kepok dipanggang, kemudian diberi taburan gula merah cair, menciptakan rasa manis dan kenyal. Namun, kini Pisang Epe hadir dengan inovasi kekinian yang lebih variatif, salah satunya adalah Pisang Epe Keju.
Pisang Epe Keju adalah variasi dari Pisang Epe yang diolah dengan tambahan keju parut di atas pisang yang sudah dipanggang. Sentuhan keju memberikan rasa gurih yang menyatu dengan manisnya pisang, menciptakan rasa yang lebih kaya dan kompleks.
Cara penyajiannya:
-
Pisang kepok yang telah dipanggang dengan cara ditekan hingga pipih di atas bara api atau pemanggang.
-
Setelah pisang matang, taburkan gula merah cair di atasnya, kemudian beri parutan keju mozzarella yang meleleh di atasnya.
-
Beberapa penjual juga menambahkan topping lain seperti cokelat leleh atau susu kental manis untuk memberikan variasi rasa.
Kelebihan Pisang Epe Keju:
-
Perpaduan antara manisnya pisang, gurihnya keju, dan sedikit karamel dari gula merah memberikan sensasi rasa yang sangat harmonis.
-
Tekstur pisang yang lembut dan kenyal, ditambah dengan keju yang meleleh, menciptakan pengalaman makan yang memuaskan.
-
Cemilan ini cocok untuk siapa saja, dari anak-anak hingga dewasa, karena rasanya yang manis, gurih, dan sedikit asin dari keju.
Pisang Epe Keju juga menjadi camilan yang populer di kalangan wisatawan karena selain rasanya yang enak, Pisang Epe Keju juga mudah dibawa sebagai oleh-oleh khas Makassar. Paduan rasa tradisional dan modern ini menjadikan Pisang Epe Keju pilihan tepat untuk menghidupkan suasana santai bersama teman atau keluarga.
3. Coto Pancake & Pisang Epe Keju: Camilan Modern yang Menawarkan Keunikan Rasa
Kedua jajanan ini, Coto Pancake dan Pisang Epe Keju, menunjukkan bagaimana kuliner khas Makassar bisa bertransformasi menjadi lebih modern tanpa menghilangkan rasa aslinya. Mereka menggabungkan kelezatan kuliner tradisional dengan teknik memasak yang lebih praktis dan bentuk yang lebih mudah dinikmati, cocok dengan gaya hidup modern yang serba cepat.
Mengapa Coto Pancake dan Pisang Epe Keju Jadi Pilihan Tepat:
-
Praktis dan Kekinian: Kedua camilan ini mengusung konsep kekinian yang cocok dengan selera masyarakat masa kini, tanpa mengurangi keaslian rasa tradisional Makassar.
-
Penyajian Cepat dan Mudah: Baik Coto Pancake maupun Pisang Epe Keju dapat dinikmati dengan cepat, menjadikannya pilihan tepat untuk ngemil saat santai atau sekadar sebagai teman nongkrong.
-
Kombinasi Rasa yang Menggugah: Baik coto dengan pancakenya yang gurih, maupun pisang epe dengan keju yang lezat, keduanya menawarkan sensasi rasa yang unik dan berbeda dari camilan pada umumnya.
4. Menyajikan Kelezatan Makassar dalam Gaya Kekinian
Coto Pancake dan Pisang Epe Keju adalah bukti nyata bahwa kuliner tradisional tidak harus ketinggalan zaman. Inovasi dalam penyajian dan rasa menjadikan kedua jajanan ini relevan untuk dinikmati oleh generasi muda maupun penggemar kuliner lama yang ingin mencoba hal baru. Kedua hidangan ini juga menawarkan peluang besar bagi pelaku usaha kuliner untuk terus mengembangkan dan memperkenalkan cita rasa khas Makassar dalam bentuk yang lebih modern dan menarik.
Jika kamu berada di Makassar atau merencanakan kunjungan ke sana, jangan lewatkan untuk mencoba kedua jajanan ini. Dengan sentuhan modern yang kreatif, Coto Pancake dan Pisang Epe Keju akan membawa pengalaman kuliner yang berbeda, sekaligus memperkenalkan kamu pada rasa asli Makassar yang autentik.
BACA JUGA: Olives Zaitun: Camilan Asin Sehat Mediterania

Olives Zaitun: Camilan Asin Sehat Mediterania
Dalam dunia kuliner Mediterania, ada satu bahan makanan yang selalu hadir di atas meja: zaitun. Baik dalam bentuk buah utuh, minyak, maupun sebagai campuran dalam berbagai hidangan, zaitun atau olives telah menjadi ikon dari gaya hidup sehat dan santai khas Mediterania. Di balik rasanya yang asin dan tajam, zaitun menyimpan segudang manfaat dan kekayaan budaya yang luar biasa. Tak hanya digunakan sebagai pelengkap makanan, zaitun juga dinikmati sebagai camilan asin yang sehat dan penuh gizi.
Zaitun: Buah yang Bukan Sekadar Pelengkap
Zaitun berasal dari pohon Olea europaea, tanaman yang tumbuh subur di negara-negara sekitar Laut Tengah seperti Yunani, Spanyol, Italia, Turki, dan Maroko. Buahnya kecil, lonjong, dengan kulit mengilap, dan warna yang bervariasi dari hijau terang hingga hitam keunguan tergantung tingkat kematangan dan metode pengolahannya.
Secara alami, zaitun memiliki rasa pahit yang cukup kuat, sehingga tidak bisa langsung dikonsumsi dari pohon. Untuk mengurangi rasa pahit dan meningkatkan rasa asin-gurih yang khas, zaitun harus diawetkan terlebih dahulu, baik dengan air garam (brine), minyak zaitun, cuka, atau bahkan dengan cara fermentasi alami.
Jenis-Jenis Zaitun dan Karakteristiknya
Ada banyak jenis zaitun yang dikonsumsi sebagai camilan atau pelengkap makanan, masing-masing dengan rasa, tekstur, dan warna yang berbeda. Berikut beberapa jenis yang paling populer:
- Kalamata: Berasal dari Yunani, zaitun ini berwarna ungu gelap, berbentuk almond, dengan rasa buah yang khas dan sedikit manis. Cocok untuk salad atau langsung disantap.
- Manzanilla: Zaitun hijau dari Spanyol yang sering diisi dengan paprika atau keju. Teksturnya renyah dan rasanya ringan.
- Castelvetrano: Asal Italia, zaitun hijau cerah ini memiliki rasa yang lebih buttery dan mild, cocok untuk pemula yang belum terbiasa dengan rasa tajam zaitun.
- Nyon: Zaitun kecil hitam dari Prancis yang biasanya dikeringkan dan diawetkan dengan minyak zaitun. Rasanya tajam dan kompleks.
Zaitun bisa dinikmati dalam bentuk utuh, dipotong, diisi, atau dicampur situs rajazeus dalam berbagai masakan, seperti pasta, pizza, sandwich, atau salad. Tapi bagi banyak orang, zaitun yang disajikan sebagai camilan dengan sedikit minyak zaitun dan rempah adalah kenikmatan tersendiri.
Camilan Asin yang Sehat dan Bergizi
Zaitun sering dianggap sebagai camilan asin yang “lebih baik” dibandingkan keripik atau kacang asin biasa. Meskipun mengandung garam karena proses pengawetan, zaitun juga kaya akan lemak sehat, terutama lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fats) yang baik untuk jantung.
Zaitun juga mengandung:
- Antioksidan seperti vitamin E dan polifenol yang membantu melawan radikal bebas.
- Zat besi dan tembaga yang penting untuk pembentukan sel darah merah.
- Serat pangan meskipun dalam jumlah kecil.
- Anti-inflamasi alami yang bermanfaat untuk kesehatan sendi dan pencernaan.
Karena kepadatannya yang tinggi, zaitun memberikan rasa kenyang lebih cepat, sehingga bisa membantu mengontrol nafsu makan jika dikonsumsi dalam jumlah wajar.
Bagian dari Pola Makan Mediterania
Zaitun adalah bagian penting dari diet Mediterania, pola makan yang diakui secara global sebagai salah satu yang paling sehat di dunia. Diet ini menekankan konsumsi buah-buahan, sayur, biji-bijian, ikan, dan minyak zaitun, serta konsumsi terbatas daging merah dan gula.
Zaitun sering dikonsumsi dalam bentuk:
- Tapenade: Pasta zaitun yang dihaluskan dengan capers, bawang putih, dan minyak zaitun, sering digunakan sebagai olesan roti.
- Salad Mediterania: Campuran sayur segar, keju feta, zaitun, dan dressing zaitun-lemon.
- Meze: Piring kecil pembuka khas Yunani atau Turki yang menyajikan zaitun, keju, hummus, dan roti pipih.
Tak hanya enak, gaya makan ini juga mendorong kebiasaan makan perlahan, penuh kesadaran, dan lebih sosial.
Zaitun dalam Budaya dan Tradisi
Lebih dari sekadar makanan, zaitun juga sarat makna budaya. Pohon zaitun adalah simbol perdamaian, kekuatan, dan umur panjang. Di banyak negara Mediterania, zaitun dianggap berkah dan bagian dari identitas nasional.
Di Yunani, misalnya, zaitun dan minyaknya digunakan dalam upacara keagamaan dan olahraga kuno. Di Italia dan Spanyol, musim panen zaitun dirayakan dalam festival rakyat yang melibatkan seluruh komunitas.
Tips Menyantap dan Menyajikan Zaitun
Jika kamu ingin menjadikan zaitun sebagai camilan sehari-hari atau menu sehat keluarga, berikut beberapa tips:
- Bilas zaitun terlebih dahulu untuk mengurangi kadar garam berlebih.
- Campurkan zaitun dengan herba segar seperti rosemary, thyme, atau oregano.
- Simpan zaitun dalam minyak zaitun extra virgin untuk menjaga rasa dan memperpanjang daya simpan.
- Sajikan dengan keju, roti gandum, atau buah kering untuk camilan seimbang.

Preserved Vegetables: Sayuran Asin Khas Tiongkok
Dalam khazanah kuliner Tiongkok yang kaya dan penuh sejarah, preserved vegetables atau sayuran asin menempati tempat khusus sebagai salah satu warisan kuliner tertua. Meskipun penampilannya sederhana, dan rasanya cenderung tajam dan kuat, preserved vegetables menjadi bumbu rahasia dalam berbagai hidangan khas Tiongkok—dari mi kuah hingga tumisan pedas. Tak hanya menjadi bagian penting dalam tradisi dapur rumah tangga, sayuran asin ini juga mencerminkan cara hidup, teknik pengawetan kuno, serta hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
Teknik Pengawetan Tradisional yang Berusia Ribuan Tahun
Preserved vegetables merupakan hasil dari teknik pengawetan makanan yang telah dipraktikkan di Tiongkok selama ribuan tahun. Di masa lalu, sebelum tersedia lemari es dan alat pendingin modern, orang-orang Tiongkok raja zeus menggunakan garam, fermentasi, dan sinar matahari sebagai cara alami untuk mengawetkan hasil panen mereka.
Sayuran seperti lobak, sawi (mustard greens), kubis, hingga kacang panjang diasinkan dan difermentasi dengan berbagai teknik. Proses ini tak hanya membuat sayuran tahan lama, tetapi juga menciptakan rasa umami yang khas—campuran asin, asam, dan sedikit pahit yang memberi kedalaman rasa pada makanan.
Di berbagai daerah, preserved vegetables memiliki nama dan karakteristik berbeda. Misalnya, zha cai dari Sichuan yang terkenal pedas dan renyah, mei cai dari Hakka yang lembut dan manis-asin, serta xue cai dari kawasan utara yang sering digunakan dalam sup atau bubur.
Cita Rasa yang Unik dan Multifungsi
Keunikan preserved vegetables terletak pada rasanya yang kuat dan aromanya yang tajam. Banyak orang menganggapnya sebagai “penyedap alami” karena mampu mengubah hidangan sederhana menjadi sesuatu yang menggugah selera. Hanya dengan sedikit potongan preserved vegetables, semangkuk bubur nasi atau mi kuah bisa terasa lebih istimewa.
Beberapa contoh penggunaan preserved vegetables yang populer antara lain:
- Mi dengan Zha Cai: Mi gandum yang disajikan dengan irisan tipis zha cai, daging cincang, dan kuah kaldu ringan.
- Bubur dengan Xue Cai: Bubur nasi polos yang diberi taburan xue cai dan irisan ayam atau ikan asin.
- Babi Rebus dengan Mei Cai (Mei Cai Kou Rou): Hidangan Hakka klasik yang terdiri dari daging babi yang direbus dan dikukus bersama preserved mustard greens manis.
Selain memperkaya rasa, preserved vegetables juga menambah tekstur dan warna dalam masakan. Rasanya yang kompleks sering dipadukan dengan bahan berlemak seperti daging babi, atau hidangan sederhana seperti tahu dan telur, menciptakan keseimbangan yang harmonis.
Kaya Nutrisi dan Baik untuk Pencernaan
Meski dikenal karena kandungan garamnya yang tinggi, preserved vegetables juga memiliki nilai gizi yang menarik. Proses fermentasi menghasilkan probiotik alami yang dapat membantu kesehatan pencernaan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa jenis sayuran yang digunakan mengandung antioksidan dan serat yang tinggi.
Namun, konsumsi preserved vegetables sebaiknya tetap dilakukan dengan bijak. Karena kadar sodiumnya cukup tinggi, disarankan untuk mengonsumsinya dalam jumlah kecil sebagai pelengkap, bukan sebagai bahan utama.
Di Tiongkok, preserved vegetables juga sering dianggap sebagai makanan musim dingin. Ketika ladang tak lagi bisa menghasilkan sayur segar, preserved vegetables menjadi penyelamat nutrisi dan rasa di dapur-dapur rakyat.
Preserved Vegetables di Pasar Global
Dengan makin populernya makanan Tiongkok di seluruh dunia, preserved vegetables pun ikut menembus pasar internasional. Produk ini kini tersedia di banyak supermarket Asia, terutama dalam bentuk kemasan plastik atau kaleng. Negara-negara seperti Jepang, Korea, hingga negara Barat mulai mengenal preserved vegetables sebagai bagian dari masakan fusion dan kreasi modern.
Beberapa koki kontemporer bahkan memanfaatkan preserved vegetables untuk menciptakan saus, isian dumpling, hingga campuran salad. Mereka menggabungkan tradisi lama dengan teknik kuliner modern, menjadikan preserved vegetables sebagai bahan yang fleksibel dan menarik untuk dieksplorasi.
Warisan Budaya yang Tetap Hidup
Preserved vegetables bukan sekadar makanan; ia adalah bagian dari budaya makan yang diwariskan lintas generasi. Di banyak keluarga Tiongkok, terutama di daerah pedesaan, proses pembuatan sayuran asin masih dilakukan secara tradisional. Menjemur sayuran di halaman rumah, mencampurnya dengan rempah, lalu menyimpannya dalam guci tanah liat menjadi rutinitas musiman yang mengikat kebersamaan keluarga.
Kehadiran preserved vegetables dalam perayaan Tahun Baru Imlek atau persembahan leluhur menunjukkan bahwa makanan ini juga punya makna simbolik: sebagai lambang keberlanjutan, ketekunan, dan rasa syukur terhadap alam.
BACA JUGA: Sejarah Garam: Dari Batu Kristal Hingga Meja Makan

Sejarah Garam: Dari Batu Kristal Hingga Meja Makan
Garam telah menjadi bagian penting peradaban manusia sejak ribuan tahun silam. Pada masa Romawi Kuno, garam digunakan sebagai mata uang dan alat preservasi makanan, sehingga dijuluki “emas putih”. Bangsa Mesir memanfaatkannya dalam proses mumifikasi, sementara di Tiongkok kuno, garam menjadi komoditas yang diatur ketat oleh kekaisaran.
Di Eropa Abad Pertengahan, garam menjadi simbol kemewahan. Hanya kalangan bangsawan yang mampu membeli garam berkualitas tinggi untuk membumbui hidangan mereka. Fenomena ini memicu munculnya jalur perdagangan seperti “Via Salaria” di Italia, yang didedikasikan khusus untuk mengangkut garam. Tak hanya sebagai penyedap, garam juga berperan dalam fermentasi, pengawetan ikan, dan pembuatan keju.
Di Indonesia, garam memiliki nilai budaya yang dalam. Masyarakat pesisir seperti Madura dan Bali menjadikan produksi garam tradisional sebagai sumber penghidupan, dengan teknik penguapan air laut menggunakan sinar matahari yang tetap bertahan hingga kini.
Kecap: Warisan Fermentasi dari Timur
Sementara garam mengandalkan kesederhanaan kristal mineral, kecap lahir dari seni fermentasi yang rumit. Kecap pertama kali dikembangkan di Tiongkok sekitar 2.500 tahun lalu, dengan nama “jiangyou”. Awalnya, kecap terbuat dari fermentasi ikan (sejenis fish sauce), tetapi seiring waktu, kedelai menjadi bahan utamanya.
Pada abad ke-7, teknik pembuatan kecap menyebar ke Jepang melalui para biksu Buddha, dan di sana berkembang menjadi shoyu—kecap Jepang dengan cita rasa lebih ringan dan kompleks berkat penambahan gandum. Di Asia Tenggara, kecap beradaptasi dengan selera lokal. Indonesia menciptakan kecap manis dengan menambahkan gula aren, sementara Thailand memiliki “see ew” yang lebih asin dan kental.
Kecap mulai dikenal di Eropa pada abad ke-17 melalui perdagangan rempah. Awalnya, orang Barat menganggapnya sebagai “cairan hitam ajaib” dari Timur, tetapi lambat laun kecap menjadi bahan penting dalam hidangan fusion, seperti saus steak dan marinade daging.
Garam vs Kecap dalam Kuliner Global
Meski sama-sama sumber rasa asin, garam dan kecap memiliki karakteristik yang berbeda:
- Teknik Penggunaan:
- Garam digunakan sebagai bumbu dasar yang netral, cocok untuk hampir semua jenis masakan, dari sup hingga kue.
- Kecap tidak hanya memberi rasa asin, tetapi juga umami (gurih alami) dan sedikit manis, sehingga sering dipakai dalam tumisan, marinade, atau saus celup.
- Peran dalam Masakan Regional:
- Mediterania: Garam laut menjadi kunci hidangan seperti pasta aglio e olio Italia atau tzatziki Yunani.
- Asia Timur: Kecap mendominasi masakan Jepang (sushi, teriyaki), Korea (bulgogi), dan Tiongkok (stir-fry).
- Asia Tenggara: Kecap manis Indonesia menjadi jiwa dari nasi goreng, semur, hingga sate.
- Fusion Modern:
Kecap mulai merambah kuliner Barat, seperti dalam burger dengan saus BBQ berbasis kecap atau salad dressing dengan campuran shoyu. Sementara itu, garam berpariasi dengan rasa, seperti garam himalaya, garam bawang putih, atau garam truffle yang mewah.
Aspek Kesehatan: Mana yang Lebih Baik?
Keduanya memiliki kelebihan dan risiko:
- Garam:
Natrium dalam sejarah garam esensial untuk fungsi saraf dan otot, tetapi konsumsi berlebihan (lebih dari 5 gram/hari) dikaitkan dengan hipertensi dan penyakit jantung. - Kecap:
Kecap tradisional mengandung asam amino, antioksidan, dan probiotik dari proses fermentasi. Namun, kecap industri sering tinggi sodium dan tambahan gula (terutama kecap manis). Beberapa merek modern menawarkan versi low-sodium atau beban gluten.
Tip Sehat:
- Gunakan garam laut atau garam beriodium secukupnya.
- Pilih kecap fermentasi alami tanpa MSG dan periksa label nutrisi.
Inovasi Rasa Asin di Era Modern
Keduanya terus berevolusi memenuhi selera kekinian:
- Garam Gourmet:
Garam hitam Hawaii, garam smoked ala Skandinavia, atau garam bunga dari Prancis menjadi primadona di kalangan chef. - Kecap Fusion:
Kecap dengan infus jahe, bawang putih, atau daftar rajazeus bahkan rasa pedas muncul sebagai alternatif kreatif. Di Jepang, kecap matcha (teh hijau) menjadi tren unik. - Substitusi Sehat:
Kaldu sayur rendah sodium atau kecap dari kelapa (coconut aminos) mulai populer sebagai pengganti garam dan kecap konvensional.
BACA JUGA: Dari Anchovy hingga Kecap Ikan: Bahan Asin Favorit Chef

Dari Anchovy hingga Kecap Ikan: Bahan Asin Favorit Chef
Dalam dunia kuliner, garam bukan satu-satunya sumber rasa asin. Ada banyak bahan-bahan yang memberikan kedalaman rasa asin yang lebih kompleks, bahkan menghadirkan sensasi umami yang menggoda. Chef profesional dari berbagai belahan dunia kerap mengandalkan bahan-bahan asin alami ini untuk memperkuat cita rasa masakan mereka. Tidak hanya membuat makanan lebih gurih, bahan-bahan ini juga menciptakan lapisan rasa yang kaya, kompleks, dan memikat.
Berikut adalah beberapa bahan asin favorit para chef, dari anchovy hingga kecap ikan, yang jadi rahasia dapur di balik banyak hidangan lezat.
1. Anchovy (Ikan Teri Asin)
Anchovy atau ikan teri asin adalah bahan kecil tapi luar biasa kuat dalam menciptakan rasa. Di Italia, anchovy sering digunakan sebagai penyedap dalam saus pasta, salad dressing, atau tumisan sayur. Meski awalnya terasa sangat asin dan amis, anchovy akan “mencair” saat dimasak, menyatu dalam saus dan memberikan rasa umami yang dalam dan menyenangkan.
Banyak chef menyebut anchovy sebagai rahasia rasa tersembunyi. Satu atau dua fillet saja bisa mengubah saus biasa menjadi sesuatu yang luar biasa.
2. Kecap Ikan (Fish Sauce)
Kecap ikan adalah cairan hasil fermentasi ikan, biasa ditemukan dalam masakan Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Rasanya asin, tajam, dan penuh umami. Di tangan chef profesional, kecap ikan bukan hanya untuk tumisan atau saus, tapi juga sering digunakan untuk memperkaya sup, kaldu, bahkan saus salad dan daging panggang.
Chef ternama seperti David Chang dan Andy Ricker telah mempopulerkan kecap ikan di dapur Barat, membuktikan bahwa bahan ini tidak tergantikan dalam menciptakan kedalaman rasa.
3. Miso
Miso adalah pasta fermentasi dari kedelai dan garam, populer dalam kuliner Jepang. Miso hadir dalam berbagai jenis—putih, merah, hingga hitam—masing-masing dengan karakter rasa asin dan manis yang berbeda. Chef menggunakannya untuk membuat sup miso, saus marinade, hingga sebagai bumbu rahasia dalam saus pasta atau dressing salad.
Miso dikenal memberikan rasa umami dan asin tanpa membuat masakan terasa kering atau kasar, menjadikannya bahan wajib di dapur modern.
4. Kecap Asin (Soy Sauce)
Kecap asin bukan lagi bahan asing. Digunakan di seluruh dunia, kecap asin adalah hasil fermentasi kedelai, air, dan garam. Meskipun identik dengan masakan Asia, banyak chef kini menggunakannya dalam berbagai masakan Barat, seperti sebagai campuran saus BBQ, bumbu steak, hingga pengganti garam biasa.
Chef menyukai kecap asin karena kompleksitas rasanya, yang mencampurkan asin, manis, dan gurih dalam satu tetes.
5. Parmesan dan Keju Keras Lainnya
Parmesan, pecorino, dan grana padano adalah contoh keju keras yang asin dan kaya rasa. Chef sering memarut keju ini di atas pasta, sup, atau salad untuk memberikan lapisan rasa tambahan. Keju jenis ini juga bisa digunakan dalam kaldu atau saus untuk meningkatkan rasa gurih secara alami.
Selain itu, kulit keju parmesan sering dimasak dalam sup atau rebusan sebagai “penyedap alami” yang tidak terbuang.
6. Terasi dan Belacan
Di Asia Tenggara, terasi (Indonesia) dan belacan (Malaysia) adalah bahan fermentasi udang yang sangat asin dan beraroma tajam. Meskipun baunya menyengat, chef lokal tahu bahwa sedikit terasi bisa memberikan karakter kuat pada sambal, tumisan, atau kuah kari.
Chef yang mengenal bahan ini tahu bahwa terasi adalah kunci dari banyak masakan rumahan yang autentik dan menggugah selera.
7. Bottarga
Bottarga adalah telur ikan yang diasinkan dan dikeringkan, biasa digunakan di Italia dan beberapa wilayah Mediterania. Rasanya asin dan laut banget, dan sering diparut di atas pasta, telur, atau salad. Bottarga termasuk bahan premium, namun sangat dihargai karena dapat memberi kedalaman rasa hanya dengan sedikit taburan.
8. Olive Asin
Zaitun yang diasinkan atau difermentasi juga menjadi bahan penting di dapur Mediterania. Chef menggunakannya untuk menambah karakter pada tapenade, salad, hingga topping pizza. Rasanya yang asin, asam, dan sedikit pahit thesilit.com memberikan dimensi rasa yang menyegarkan.

Benarkah Rasa Pahit Bisa Jadi Acquired Taste?
Rasa pahit seringkali dianggap sebagai rasa yang kurang menarik bagi banyak orang. Banyak dari kita cenderung menghindari makanan atau minuman yang memiliki rasa pahit karena sering kali memberikan sensasi yang tajam dan tidak menyenangkan di lidah. Namun, tahukah Anda bahwa rasa pahit bisa menjadi sesuatu yang kita nikmati seiring waktu? Hal ini terkait dengan konsep “acquired taste”, di mana kita belajar untuk menikmati rasa tertentu setelah mencobanya beberapa kali. Lantas, benarkah rasa pahit bisa menjadi acquired taste? Mari kita ulas lebih dalam dalam artikel ini.
Apa Itu Acquired Taste?
Acquired taste atau rasa yang diperoleh adalah konsep psikologis dan fisik yang menggambarkan bagaimana seseorang belajar untuk menikmati rasa tertentu setelah terpapar beberapa kali. Ini adalah fenomena yang terjadi ketika seseorang, meskipun awalnya merasa tidak suka terhadap suatu rasa, akhirnya bisa menikmati dan bahkan mencarinya setelah berulang kali mencobanya.
Contoh paling umum dari acquired taste adalah kopi hitam atau alkohol. Banyak orang yang tidak menyukai kopi atau alkohol pada pertama kali mencobanya karena rasa pahit atau tajam. Namun, setelah beberapa waktu dan konsumsi yang terus-menerus, mereka mulai menghargai dan bahkan menyukai rasa tersebut.
Rasa Pahit dalam Perspektif Biologis
Pahit adalah salah satu dari lima rasa dasar yang dapat kita deteksi melalui reseptor rasa di lidah. Secara biologis, rasa pahit sering kali terkait dengan potensi racun atau bahan berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu, sejak zaman kuno, tubuh kita telah mengembangkan situs rajazeus respons alami untuk menghindari rasa pahit sebagai mekanisme pertahanan diri.
Namun, ada pengecualian terhadap aturan ini. Meskipun rasa pahit sering dihindari, ada bahan-bahan alami tertentu yang mengandung rasa pahit dan ternyata memberikan manfaat bagi tubuh. Misalnya, pare, daun pepaya, dark chocolate, dan minuman herbal pahit. Meskipun rasa pahitnya kuat, banyak orang mulai mengembangkan selera untuk menikmatinya karena manfaat kesehatan yang terkandung di dalamnya.
Mengapa Rasa Pahit Bisa Menjadi Acquired Taste?
Ada beberapa alasan mengapa rasa pahit bisa menjadi acquired taste, dan ini melibatkan aspek fisiologis serta psikologis tubuh manusia.
1. Adaptasi Lidah
Lidah manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai rasa seiring waktu. Meskipun kita mungkin merasa tidak nyaman dengan rasa pahit pada awalnya, tubuh kita dapat mulai mengenali manfaat dari bahan-bahan pahit tersebut. Misalnya, pare yang memiliki rasa pahit sangat kuat, namun kaya akan vitamin C dan antioksidan. Setelah beberapa kali konsumsi, lidah kita bisa mulai mengenali dan menghargai rasa pahit tersebut, dan kita mungkin mulai menginginkan rasa tersebut.
2. Manfaat Kesehatan
Banyak makanan dan minuman pahit yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kesehatan kita, seperti antibakteri, antiviral, dan antiinflamasi. Bahan pahit seperti daun pepaya, teh herbal, dan dark chocolate mengandung senyawa-senyawa yang dapat membantu detoksifikasi tubuh, meningkatkan pencernaan, dan menurunkan kadar gula darah. Manfaat kesehatan ini sering kali menjadi alasan utama mengapa orang mulai menyukai makanan atau minuman pahit setelah mencobanya beberapa kali.
3. Psikologi dan Kebiasaan
Secara psikologis, kita cenderung mencari kenyamanan dalam rasa yang sudah kita kenal. Ketika kita merasa nyaman dengan rasa tertentu—meskipun awalnya tidak menyukainya—otak kita mulai mengaitkan rasa tersebut dengan pengalaman positif atau kenyamanan emosional. Misalnya, kita mungkin mengasosiasikan rasa pahit kopi dengan momen santai di pagi hari atau rasa pahit dark chocolate dengan kenikmatan yang hadir setelah makan malam. Kebiasaan dan asosiasi positif ini dapat mengubah persepsi kita terhadap rasa pahit.
Contoh Makanan dan Minuman Pahit yang Bisa Menjadi Acquired Taste
1. Kopi Hitam
Kopi hitam adalah contoh paling jelas dari rasa pahit yang bisa menjadi acquired taste. Bagi banyak orang, rasa pahit kopi sangat kuat pada kali pertama mencobanya. Namun, seiring waktu, banyak yang mulai menikmati kopi hitam tanpa gula atau susu. Rasa pahitnya bahkan dianggap sebagai bagian dari kenikmatan menikmati secangkir kopi yang berkualitas.
2. Alkohol (Wiskey, Bir, Anggur)
Seperti halnya kopi, banyak orang yang awalnya tidak menikmati alkohol karena rasa pahitnya, terutama pada jenis minuman seperti whiskey, bir, atau anggur merah. Namun, semakin sering mencobanya, orang seringkali mulai menghargai keunikan rasa pahit dari alkohol yang dipadukan dengan rasa kompleks lainnya, seperti buah, kayu, atau rempah-rempah.
3. Dark Chocolate
Dark chocolate mengandung kakao dengan kadar lebih tinggi dan cenderung lebih pahit dibandingkan dengan cokelat susu. Pada awalnya, banyak orang merasa kesulitan untuk menikmatinya karena rasa pahit yang kuat. Namun, setelah mencobanya beberapa kali, banyak yang akhirnya menyukai tekstur dan rasa intens yang ditawarkan dark chocolate.
4. Pare dan Daun Pepaya
Sebagai bahan masakan yang terkenal dengan rasa pahit, pare dan daun pepaya seringkali dihindari karena rasa pahitnya yang cukup tajam. Namun, bagi banyak orang, terutama di Indonesia, kedua bahan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari masakan sehat dan jamu. Setelah terbiasa, banyak yang mulai menyukai rasa pahitnya, terlebih karena manfaat kesehatannya.
BACA JUGA: Makanan Luar Negeri yang Populer di Indonesia, Mana yang Jadi Favorit

Empanada: Kuliner Lezat dari Amerika Latin yang Menggoda Selera
Empanada adalah salah satu kuliner yang sangat populer di seluruh Amerika Latin dan negara-negara lainnya di dunia. Makanan ini memiliki sejarah panjang yang kaya, serta variasi rasa dan bentuk yang beragam, tergantung pada daerah atau negara asalnya. Berasal dari kata “empanar” dalam bahasa Spanyol yang berarti “membungkus dengan adonan”, empanada adalah hidangan berbentuk setengah rajazeus lingkaran atau bulat yang diisi dengan berbagai bahan seperti daging, ayam, keju, sayuran, atau bahkan buah. Di beberapa negara, empanada bisa digoreng atau dipanggang, menciptakan tekstur yang berbeda-beda.
BACA JUGA BERITA LAINNYA DISINI: 6 Kuliner Khas Argentina Yang Sangat Direkomendasikan Untuk Dicobai Ketika Sedang Liburan
Sejarah Singkat Empanada
Sejarah empanada dapat ditelusuri kembali ke zaman Medieval Spanyol, di mana makanan ini diyakini merupakan evolusi dari hidangan-hidangan berbasis adonan yang sudah ada sejak zaman Romawi. Setelah penaklukan wilayah-wilayah di Amerika Latin oleh bangsa Spanyol pada abad ke-16, resep ini menyebar ke benua Amerika dan mengalami adaptasi dengan bahan-bahan lokal yang tersedia. Oleh karena itu, empanada yang kita kenal sekarang sangat bervariasi, tergantung pada budaya dan kebiasaan makan masing-masing negara.
Varian Empanada di Berbagai Negara Amerika Latin
1. Empanada Argentina
Di Argentina, empanada merupakan makanan yang sangat penting dalam budaya kuliner. Setiap provinsi di Argentina memiliki versi empanada yang sedikit berbeda. Di Mendoza, empanada biasanya diisi dengan daging sapi, ayam, atau ikan, serta rempah-rempah seperti paprika, bawang, dan telur rebus. Sering kali, empanada ini dipanggang hingga berwarna keemasan dan renyah di luar, namun tetap lembut di dalam. Salah satu varian empanada khas Argentina adalah empanada salteña, yang memiliki adonan sedikit lebih tebal dan isian yang kaya rasa.
2. Empanada Chile
Di Chile, empanada juga sangat populer, terutama selama perayaan atau acara-acara besar. Salah satu jenis empanada yang paling terkenal adalah empanada de pino, yang berisi daging sapi cincang, bawang, zaitun, telur rebus, dan kentang. Empanada ini dipanggang dengan sempurna dan disajikan sebagai camilan atau hidangan utama. Selain empanada de pino, ada juga empanada dengan isian keju dan seafood, yang memiliki rasa yang lebih ringan dan segar.
3. Empanada Kolombia
Kolombia memiliki beragam variasi empanada, tergantung pada daerahnya. Di wilayah pesisir, misalnya, empanada diisi dengan daging sapi, ayam, atau udang, dan sering kali disajikan dengan sambal pedas atau saus tomat segar sebagai pelengkap. Empanada Kolombia sering kali digoreng, memberikan tekstur yang renyah dan gurih pada bagian luar, sementara bagian dalamnya tetap lembut dan kaya rasa.
4. Empanada Venezuela
Di Venezuela, empanada merupakan camilan populer yang bisa ditemukan hampir di setiap sudut jalan. Isian empanada Venezuela sangat bervariasi, dari keju, daging, ayam, hingga black beans (kacang hitam) yang khas. Salah satu jenis empanada yang paling terkenal adalah empanada de pabellón, yang diisi dengan daging, kacang hitam, keju, dan pisang raja goreng. Empanada ini menggambarkan campuran rasa manis, asin, dan pedas yang sangat menggugah selera.
5. Empanada Peru
Di Peru, empanada juga sangat beragam. Empanada de carne adalah jenis yang paling umum, dengan isian daging sapi cincang, telur, zaitun, dan rempah-rempah. Empanada yang berasal dari Peru selatan ini biasanya dipanggang, memberikan rasa yang gurih dan nikmat. Di sisi lain, empanada de manzana atau empanada apel, adalah pilihan manis yang menggunakan apel, kayu manis, dan gula, cocok sebagai makanan penutup atau camilan sore.
6. Empanada Meksiko
Di Meksiko, empanada dikenal sebagai hidangan yang sangat fleksibel, bisa disajikan dengan berbagai macam isian baik gurih maupun manis. Beberapa empanada populer adalah empanada de frijoles (kacang hitam) atau empanada de carne (daging). Seringkali, empanada di Meksiko disajikan dengan sambal pedas atau salsa untuk menambah kelezatan. Empanada de calabaza (labu) juga cukup digemari, dengan rasa manis dan gurih yang berasal dari labu yang dibumbui dengan rempah-rempah.
Bahan-Bahan dan Cara Pembuatan Empanada
Adonan empanada pada umumnya terbuat dari tepung terigu, air, garam, dan mentega. Di beberapa negara, mereka juga menambahkan telur atau susu untuk membuat adonan menjadi lebih lembut dan kenyal. Isian empanada sangat bervariasi, tergantung pada selera lokal dan bahan yang tersedia. Beberapa bahan yang sering digunakan untuk isian adalah:
-
Daging sapi atau ayam: Daging cincang sering dicampur dengan bawang, telur rebus, zaitun, dan rempah-rempah.
-
Keju: Keju mozzarella atau keju lokal lainnya sering digunakan sebagai isian yang lezat dan creamy.
-
Sayuran: Kentang, jagung, dan kacang-kacangan sering menjadi bahan isian di beberapa negara.
-
Buah: Dalam versi manis, buah seperti apel, nanas, atau peach digunakan untuk membuat empanada manis yang nikmat.
Setelah adonan dan isian disiapkan, empanada biasanya dibentuk dengan cara menggulung adonan menjadi setengah lingkaran atau bentuk lainnya. Setelah itu, empanada bisa digoreng dalam minyak panas atau dipanggang hingga kecoklatan dan renyah.
Empanada di Dunia Kuliner Global
Meskipun empanada berasal dari Amerika Latin, hidangan ini telah menyeberang ke berbagai belahan dunia dan menjadi bagian dari banyak budaya kuliner. Di Spanyol, empanada juga merupakan hidangan populer, terutama di wilayah Galicia dan Asturias. Bahkan di negara-negara Asia seperti Filipina, empanada telah mengalami pengaruh dari tradisi kuliner Spanyol dan menjadi hidangan khas lokal dengan varian rasa yang unik.
Di Amerika Serikat, empanada menjadi semakin populer berkat pengaruh besar komunitas Hispanik. Empanada kini dapat ditemukan di restoran-restoran dan pasar tradisional di seluruh dunia, dari kota-kota besar di Eropa hingga pasar makanan di Asia. Di banyak tempat, empanada telah berevolusi dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih modern, seperti daging sapi panggang, ayam panggang, hingga isian vegetarian yang lebih sehat.
Mengapa Empanada Begitu Disukai?
Ada beberapa alasan mengapa empanada tetap menjadi hidangan yang digemari, baik di Amerika Latin maupun di luar kawasan tersebut. Berikut adalah beberapa faktor utama yang membuat empanada begitu disukai:
-
Variasi rasa yang tak terbatas – Empanada dapat diisi dengan berbagai bahan, baik manis maupun gurih, yang memungkinkannya untuk disesuaikan dengan berbagai selera.
-
Praktis dan mudah dibawa – Karena bentuknya yang kecil dan portabel, empanada menjadi pilihan camilan yang sangat praktis dan mudah dibawa kemanapun.
-
Rasa yang lezat – Perpaduan adonan yang renyah dengan isian yang kaya rasa membuat empanada menjadi hidangan yang sangat menggugah selera.
-
Pengaruh budaya – Sebagai makanan yang telah ada selama berabad-abad, empanada melambangkan warisan kuliner yang mendalam dari Amerika Latin.