Amerika Latin dikenal dengan kekayaan kulinernya yang penuh warna, rempah, dan pengaruh budaya yang beragam. Dari sekian banyak hidangan ikonik, salah satu yang paling mencolok dari Venezuela dan Kolombia adalah arepa roti pipih berbahan dasar jagung yang menjadi makanan pokok sekaligus camilan populer di jalanan dan rumah-rumah rakyat. Di tengah hiruk-pikuk kota Caracas hingga Bogotá, arepa bukan sekadar makanan, tapi lambang identitas, kenangan masa kecil, dan kebanggaan budaya.
Arepa terbuat dari tepung jagung putih atau kuning yang disebut masa harina, yang dicampur dengan air dan sedikit garam lalu dibentuk bulat dan pipih sebelum dipanggang, dibakar, atau digoreng. Hasilnya adalah roti dengan tekstur renyah di luar namun lembut di dalam, menyerupai perpaduan antara roti pita dan kue jagung. Namun yang menjadikan arepa begitu spesial adalah isiannya dan di sinilah kreativitas kuliner Amerika Latin benar-benar terlihat.
Di Venezuela, isian arepa sangat beragam dan biasanya mencerminkan kondisi sosial maupun regional. Salah satu yang paling terkenal adalah “Reina Pepiada,” kombinasi ayam suwir, alpukat, dan mayones yang kaya rasa namun tetap menyegarkan. Ada juga versi berisi daging sapi suwir pedas, telur orak-arik, keju putih asin, kacang hitam, hingga kombinasi laut seperti udang dan ikan asap. Tidak jarang, isiannya begitu banyak hingga tumpah keluar dari sisi arepa yang dibelah.
Sementara itu, di Kolombia, arepa punya versi yang lebih sederhana, kadang hanya diisi keju leleh atau dibiarkan polos sebagai pendamping hidangan utama. Di beberapa daerah seperti server jepang Medellín atau Barranquilla, arepa bahkan disajikan saat sarapan dengan kopi hitam khas Latin yang kuat. Meski tampak lebih simpel, setiap gigitan tetap menghadirkan keharuman khas jagung yang menjadi ciri utama makanan Amerika Latin.
Arepa tidak hanya digemari karena kelezatannya, tetapi juga karena sifatnya yang fleksibel. Bisa disantap untuk sarapan, makan siang, atau malam hari. Bisa dibawa dalam perjalanan, disajikan di warung pinggir jalan, hingga menjadi bintang utama di restoran Latin kelas atas. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, popularitas arepa menembus batas negara asalnya, dan mulai banyak ditemukan di kota-kota seperti Miami, New York, hingga Madrid.
Migrasi besar-besaran warga Venezuela akibat krisis politik dan ekonomi juga secara tidak langsung menyebarkan budaya arepa ke seluruh dunia. Banyak warga diaspora yang membuka kedai arepa sebagai cara bertahan hidup, dan akhirnya justru memperkenalkan hidangan ini ke masyarakat global. Dalam konteks ini, arepa menjadi lebih dari sekadar makanan ia adalah simbol harapan, ketahanan, dan warisan yang dibawa ke mana pun kaki berpijak.
Kelebihan lain dari arepa adalah sifatnya yang bebas gluten karena berbahan dasar jagung. Ini menjadikannya alternatif menarik bagi mereka yang sensitif terhadap tepung terigu. Selain itu, proses memasaknya cukup sederhana dan bisa dilakukan dengan alat rumah tangga biasa. Tak heran jika arepa juga mulai dilirik oleh komunitas vegan dan vegetarian karena mudah disesuaikan dengan berbagai jenis bahan nabati.
Kini di berbagai festival makanan Amerika Latin, arepa selalu menjadi primadona. Di ajang seperti “Feria de las Arepas” di Caracas atau “Arepa Fest” di Miami, pengunjung bisa menemukan ratusan varian arepa dari seluruh penjuru Venezuela dan Kolombia. Inovasi modern pun terus bermunculan—arepa isi keju biru dan buah pir, arepa vegan isi jamur dan saus chimichurri, hingga arepa dessert yang dipadukan dengan cokelat atau selai buah tropis.
Makan arepa berarti mencicipi sejarah panjang pertanian jagung, kolonialisme, perjuangan rakyat, hingga semangat modernisasi kuliner. Di tengah segala gejolak Amerika Latin, arepa tetap jadi pengingat bahwa makanan sederhana pun bisa mengikat identitas dan menyatukan komunitas. Satu gigitan arepa adalah satu langkah masuk ke dalam jiwa Amerika Latin yang hangat, pedas, penuh rasa, dan tak pernah kehilangan semangat.
BACA JUGA DISINI: Kuliner Amerika Latin: Ledakan Rasa dari Dapur Paling Penuh Warna di Dunia